Selasa, 18 Oktober 2016

BAB I - Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDU


  

Nama                 : Anggita Azizah Amalia
NPM                   : 10116871
Kelas                  : 1KA24
Email                  : aanggitaazizah@yahoo.com

Nama Dosen      : Junaedi Abdillah.
Judul                   : Ilmu Sosial Dasar sebagai Salah Satu Mata Kuliah Dasar Umum.
Isi                       : Pembahasan tentang Ilmu Sosial dasar sebagai salah satu mata kuliah dasar  umum beserta latar belakang, tujuan, perbedaan dan persamaan, dan ruang lingkup.


A.   Latar Belakang.

Latar belakang diberikannya ISD dikarenakan banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan kita oleh sejumlah para cendikiawan, terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan kita berbau kolonial, dan masih merupakan warisan sistem pendidikan Pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad Theodhore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, perdagangan, teknik dan keahlian lain, dengan tujuan ekspoitasi kekayaan Negara.
Ternyata sekarang masih dirasakan banyaknya tenaga ahli yang berpengetahuan keahlian khusus dan mendalam, sehingga wawasannya sempit. Padahal sumbangan pemikiran dan adanya komunikasi ilmiah antara disiplin ilmu diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah sosial masyarakat yang demikian kompleks.
Hal lain, sistem pendidikan kita menjadi sesuatu yang “elit” bagi masyarakat kita sendiri, kurang akrab dengan lingkungan masyarakat, tidak mengenali dimensi–dimensi lain di luar disiplin ikeilmuannya.n Perguruan tigngi seolah-olah menara gading yang banyak menghasilkan sarjana-sarjana “tukang” tidak mau dan peka terhadap denyut kehidupan, kebutuhan, serta perkembangan masyarakat.
Pendidikan Tinggi tentu diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat kemampuan, yaitu kemampuan akademik, profesi, dan pribadi. Pencapaian kemampuan akademik dan profesi telah diusahakan melalui Mata Kuliah Keahlian (MKK) yaitu mata kuliah menurut bidang ilmu pengetahuan masing-masing. Sedangkan kemampuan pribadi dapat dicapai melalui sekelompok mata kuliah dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang didalamnya termasuk mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD) ini.

ISD tergabung dalam kelompok bersama mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD) dan Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kelompok ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kepekaan mahasiswa berkenaan dengan lingkungan alamiah, sosial, juga lingkungan budaya.
Secara spesifik, kemampuan pribadi yang hendak dicapai melalui MKDU yang bertujuan menghasilkan warga negara Sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :
a.       Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
c.       Memiliki wawasan Sejarah Perjuangan Bangsa, sehingga memperkuat dan mempertinggi kebanggaan nasional sebagai sarjana Indonesia.
d.  Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan.
e.       Memiliki wawasan budaya yang luas.

Tema pokok perkuliahan ISD ini adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Dimana hubungan tersebut dapat mewujudkan adanya kenyataan-kenyataan sosial masalah-masalah sosial di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pendekatan berbagai disiplin dan memanfaatkan pengertian-pengertian yang berasal dari lapangan ilmu-ilmu sosial.


B.    Ilmu Sosial Dasar.

Sebelum kita mempelajari lebih lanjut materi tentang implementasi ISD sebagai MKDU, alangkah baiknya kita mengenal apa itu arti dari Ilmu Sosial Dasar itu sendiri.

a)      Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial.

Ilmu Sosial Dasar bukanlah gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan ataupun disiplin ilmu tersendiri, karena Ilmu Sosial Dasar tidak mempunyai objek dan metode ilmiah tersendiri. Jadi, Ilmu Sosial Dasar  merupakan suatu bahan studi atau Program Pengerjaan yang khusus dirancang untuk kepentingan pendidikan di Indonesia yang diberikan di Perguruan Tinggi.

      Ilmu sosial dasar umum juga merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan ilmu pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ilmu sosial ini sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar, terutama dalam mendampingi mata kuliah utama yang ada di perguruan tinggi.

b)      Tujuan pendidikan ISD di perguruan tinggi adalah :
1.                Memahami & menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial.
2.                Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha penanggulangannya
3.                 Menyadari bahwa masalah sosial bersifat kompleks.
4.                Memahami jalan pikiran para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Dalam perkembangannya, ISD banyak berkonsentrasi pada urusan masalah sosial, menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya. Contohnya kejahatan, kemiskinan, anti perilaku sosial, dan lainnya.
Masalah sosial merupakan sesuatu yang bersifat destruktif yang harus segera disudahi. Walaupun itu berarti tidak mungkin, tapi paling tidak dapat meminimalisirnya. Maka barang tentu dibutuhkan pendidikan ilmu sosial dasar (ISD) sebagai salah satu mata kuliah dasar umum di sekolah (MKDU). Karena seperti kita ketahui, kita tidak dapat mengandalkan hanya berkonsentrasi pada disiplin ilmu tertentu saja untuk menghasilkan seorang terdidik yang berkualitas dan seimbang serta tidak meninggalkan kaidah-kaidah yang berlaku dimasyarakat.

Selanjutnya akan lebih baik, kalau ilmu sosial dasar dapat disampaikan di sekolah secara riil dengan penyampaian berdasarkan contoh atau jika diperlukan terjun langsung pada praktek. Sehingga tidak hanya berkutat pada bidang teori yang bahwasanya hal itu sangat tidak efektif dan bersifat berputar-putar pada kata-kata yang belum tentu tahu maknanya.

C.   Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
ü  Persamaan antar keduanya :
1.      Merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan/pengajaran.
2.      Keduanya dalam disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
3.      Keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan masalah sosial.
ü  Perbedaan antar keduanya :
1.      ISD diberikan di perguruan tinggi, sedangkan IPS diberikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
2.      ISD merupakan satu mata kuliah tunggal, sedangkan IPS merupakan kelompok dari sejumlah mata pelajaran.
3.      ISD diarahkan kepada pembentukan sikap dan kepribadian, sedangkan IPS diarahkan kepada pembentukan pengetahuan dan ketrampilan intelektual.


D.   Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar.
ISD di bedakan atas tiga golongan, yaitu:
1.      Kenyataan-kenyataan sosial yang ada.
2.      Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial
3.      Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan sosial.

Konsorsium antar bidang telah menetapkan bahwa perkuliahan Ilmu Sosial Dasar terdiri dari delapan pokok bahasan. Dari ke delapan Pokok Bahasan tersebut, maka ruang lingkup perkuliahan ISD diharapkan mempelajari dan memahami adanya :

ü  Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
ü  Masalah individu, keluarga dan masyarakat.
ü  Masalah pemuda dan sosialisasi.
ü  Masalah hubungan antara warga negara dan negara.
ü  Masalah pelapisan sosial dan kesamaan.
ü  Masalah masyarakat perkotaan dan masyarakat.
ü  Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi.
ü  Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

E.     Contoh masalah sosial dalam Ilmu Sosial Dasar.
Dalam kata masalah itu sendiri memiliki suatu definisi yaitu suatu soal yang harus diselesaikan, dalam masalah sosial  diartikan bahwa masalah sosial yang terjadi di masyarakat dapat berdampak ke sebagian masyarakat dan di situasi dan kondisi seperti itu dapat diatasi dengan kebersamaan.
Contoh-contoh masalah sosial yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia.
ü  Kemiskinan
Kemiskinan adalah dimana ketidakmampuan dalam mencapai sesuatu yg diharapkan. Dalam kemiskinan itu sendiri mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi seperti; tingkat pendidikan dan pekerjan yang semakin sedikit, dalam pekerjaan itu sendiri  sekarang mempunyai standar untuk diterima sebagai karyawan dan adanya kontrak pegawai.
ü  Pendidikan
Di Indonesia dengan pendidikan yang kurang merata banyak sekali anak yang berhenti sekolah bahkan ada yang belum pernah mengenyam pendidikan, sedangkan pendidikan sangat berarti bagi kelanjutan hidup. Pemerintah memberikan anggaran dana untuk sekolah namun dalam beberapa fakta masih banyak anak yg beum bisa mengenyam pendidikan.
ü  Kejahatan
Indonesia dalam presentase kejahatan cukup tinggi  apalagi di kota-kota besar, kejahatan ini biasanya bermotifkan ekonomi, kejahatan itu sendiri memiliki pelaku yang dari orang yg tidak terpelajar dan terpelajar.
ü  Penganguran
Pengangguran adalah  ketidakmampuan bersaing dalam dunia kerja, dan ini menjadi masalah serius untuk di beberapa negara berkembang. Biasanya penganguran bertambah tapi tempat kerja tetap bahkan berkurang, dan penduduk yang dari desa memadati ibu kota berharap mendapat kerja yang layak.
ü  Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran” . Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: “Kita tidak hidup di dunia yang adil”. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.

Kesimpulan.
Ø  Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial.
Ø Terdapat persamaan dan perbedaan antara ISD dan IPS.
Ø Dalam ruang lingkupnya, ISD dibagi menjadi tiga golongan.
Ø Di Indonesia, masih banyak masalah-masalah sosial yang muncul dalam kaitannya dengan Ilmu Sosial Dasar seperti kejahatan, pengangguran, dan sebagainya.

Daftar Pustaka.
1.     http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab1-ilmu_sosial_dasar_sebagai_salah_satu_mata_kuliah_umum.pdf
2.     http://iwayanlukman.blogspot.co.id/2010/09/menjelaskan-tujuan-pendidikan-umum-di.html

3.      https://devilmavioso.wordpress.com/update-post/tulisan/ilmu-sosial-dasar/

Selasa, 11 Oktober 2016

CERPEN 1- Way To Go - by AnggitaAzizah

Way To Go


"Ooh no, rasanya badanku benar-benar remuk seharian ini."
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi di segala penjuru ruangan. Bagi gadis manis satu ini, bunyi bel barusan sangat membuatnya bisa bernapas lega. Bagaimana tidak? Dua tugas di mata pelajaran yang berbeda, juga ulangan mendadak di mata pelajaran yang dibencinya sukses sudah membuat hari ini sangat buruk baginya. Ingin rasanya ia cepat merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya.
Poppy, teman sebangkunya yang mendengar desahan kecil tadi lantas tertawa ikut merasakan. "It's awful day, right? Eh Ra, lo langsung pulang abis ini?"
Gadis tadi, yang bernama Aira Nathania Arkama-biasa disapa Aira atau Rara- masih asyik menyenderkan kepalanya di meja tempat duduknya.
"Bisa nggak langsung sampai rumah aja? Nggak perlu jalan kaki gitu," Poppy yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng. "Lelah ini hayati."
Sambil merapikan bukunya ke dalam tas, Poppy tertawa lagi. "Udah yuk, cabut. Eh, gue duluan ya, Ra. Udah dijemput. Oh iya, lo kan katanya mau minta belajar bareng Azka kan?"
Astaga. Aira lupa satu janji itu.
**
"Maaf, Liat Azka nggak?" tanya Aira pada teman-teman sekelas Azka. Faktanya memang dirinya dan Azka beda kelas. Bahkan, jarak kelas mereka terlampau jauh.
Nyaris semua yang ditanya olehnya hanya menggeleng.
"Huh, kemana sih itu cowok. Lagi di cari aja susah." Dumel Aira.
Langkah Aira menuntunnya ke perpustakaan sekolah. Mungkin cowok bertubuh tinggi itu ada disana.
"hm, Cesi, liat Azka lagi di perpustakaan nggak?"
Yang ditanya malah tertawa. "Azka? Perpustakaan? Ya! Yang benar saja. Cowok macem dia mana pernah sih betah ke perpustakaan? Aneh lo nanyanya."
Entah kenapa Aira malah kesal cewek dihadapannya satu ini berkata seperti itu tentang Azka. Memang sih Azka yang notabene bukan tipikal cowok kutu buku, jarang untuk ke perpustakaan. Tapi tetap saja, Aira tidak suka ada yang berpikir seperti yang dikatakan Cesi tadi.
Ada satu tempat terakhir yang Aira yakin kalau Azka ada disana. Yap. Tempat tongkrongan Azka yang letaknya di dekat ruko-ruko depan sekolah. Tapi oh astaga! Yang benar aja cewek alim macem Aira melangkahkan kakinya ke tempat seperti kandang ular itu?
Aira paling benci tempat tongkrongan yang isinya geng sekolahnya itu.
**
Dengan langkah ragu, juga tangan yang terus memegang erat rok abu miliknya, Aira terus bergerak menghampiri tempat tongkrongan itu. Dilihatnya banyak cowok yang sedang duduk diluar warung tersebut. Banyak yang ia tak kenal karena mereka kebanyakan kakak seniornya.
"Permisi kak," ucap Aira pada satu cowok yang tengah menghisap rokoknya dengan tenang. Baru saja Aira mengeluarkan suara, cowok yang lainnya langsung ikut menatapnya seolah bertanya mau-apa-lo-kesini. Ditatap seperti itu membuat Aira tambah cemas. "Di dalem ada Azka nggak ya?"
"Azka?"
"Lo ceweknya Azka? Widih bisa juga Azka cari cewek."
"Ah masa sih? Nggak percaya gue."
"Eh, kok pada dodol sih. Itu cewek udah ketakutan begitu juga," Sela seseorang membuat Aira tertolong. "Azka ada di dalem kok. Kalau mau langsung cari ke dalem aja."
Aira menggigit bibir bawahnya ragu. "Hm.."
"Oh, gue tahu maksud lo," potong cowok itu lagi. "Bentar ya, gue panggilin dulu."
Fiuh.
**
"Ai, maafin gue dong."
"Sstt. Stop panggil aku ai. Nama aku itu Aira bukan Ai. Atau kau bisa panggil aku Rara."
"Tapi enakkan Ai daripada Ra. Pasaran tau."
"Tapi tetap aja aneh, Azka," ucap Aira lagi penuh penekanan. "Nanti bisa ambigu di dengarnya."
"Ambigu gimana coba?" Seketika Azka menyerigai. "Ahh, jangan bilang lo mikir kalau itu panggilan kesayangan gitu?"
Berkata seperti itu, Aira semakin malu. "Azka!!"
Azka malah makin tertawa geli. "Yaudah, biar lo nggak ngambek, gue beliin permen deh."
"Lolipop?" semangat Aira muncul tiap hal yang berkaitan dengan permen kesukaannya itu.
"Heran gue kenapa cewek kayak lo suka permen kayak gitu." Ucap Azka yang melihat Aira masih semangat mengemut permen lolipop yang barusan ia belikan untuknya.
"Azka mau coba?"
Yang ditanya hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Hal itu membuat Aira terkekeh pelan.
"Azka,"
"Hm?"
"Makasih ya."
"Buat?"
"Udah bikin aku semangat lagi."
**
"Duh, kita mau kemana sih, Ai?"
Tanpa menghiraukan pertanyaan Azka yang dari tadi tak ada bedanya, Aira masih tetap kekeuh menarik lengan kanan milik cowok itu.
"Sstt, bawel. Ikut aja."
Jam masih menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Dan setengah jam lagi bel istirahat akan berbunyi. Azka yang tadi sedang asyik makan dikantin dengan kawan akrabnya sambil mengisi waktu kosong-karena tak ada guru yang masuk ke kelas-di buat terkejut dengan kedatangan Aira dan langsung menarik tangannya seperti ini.
Karena tak biasanya Aira sering menyapanya di sekolah, apalagi seperti ini.
"Kita sampai." Ucap Aira akhirnya.
"Mushola?" Heran Azka. "Aira, kan waktu dzuhur masih lama. Duh, balik ke kantin lagi ya. Gue masih laper tau."
"Ih, Azka tuh yang bandel," balas Aira. "Jam istirahat kan belum tiba, tapi kau malah makan duluan dikantin. Daripada begitu, mending kita sholat dhuha. Lebih ada manfaatnya tau."
"Hah? Tumben amat peduli."
"Terserah," Aira memicingkan matanya. "Jangan bilang kau nggak pernah sholat dhuha ya?"
"Ya..ya pernah lah. Tapi ya jarang." Jawabnya jadi acuh tak acuh. "Yaudah ayo. Tunggu apa lagi?"
Dua puluh menit kemudian.
"Lo nggak balik ke kelas, Ai?"
"Hm, kau duluan aja kalau mau. Ini aku masih harus ngerjain tugas presentasi kelompok yang bakal ditampilkan nanti di jam pelajaran terakhir."
Alis Azka berkerut. Lalu ia duduk didekat Aira yang fokus pada layar laptopnya. "Tugas kelompok?
Aira hanya mengangguk. "Duh, masih banyak lagi yang belum lengkap materinya."
"Hei, dengerin gue," ucap Azka membuat Aira balik menatapnya. "Tugas kelompok itu dikerjain bareng-bareng. Bukan hanya lo yang kerja."
"Hm iya sih, cuma.. aduh, udah nggak keburu waktunya, Az. Lagipula nggak apa-apa kok aku yang kerjain."
"Aira," panggil Azka lagi. "Kenapa harus lo yang capek kalau mereka hanya bisa santai nunggu hasil? Kenapa lo mau ngorbanin waktu dan tenaga lo demi mewakili nilai mereka? Nggak bisa selalu begini, Aira. Lo nggak harus begini terus."
Aira menghela napasnya. Ucapan Azka menyadarinya telak.
"Tapi aku cuma nggak mau karena sikap mereka.. nilai aku  juga ikut hancur, Az. Selama ini, aku cuma ngelakuin apa yang aku bisa. Hanya itu. Apa aku salah?"
Azka menggeleng. "Lo nggak salah. Tapi jalannya nggak harus begini. Lo cuma terlalu baik, Ai."
Aira cemberut karena lagi-lagi cowok itu memanggilnya dengan sebutan yang ia tak suka, tapi ia mulai terkekeh pelan karena sejatinya Aira tak bisa lama untuk memasang wajah kesalnya.
"Yaudah, sini gue bantuin."
"Emangnya kau bisa?"
"Ya! Gini-gini gue jago dalam hal ini loh." Sahut Azka tak mau kalah. "Liat ya, gue bakal buat presentasi ini sebagus mungkin."
"Kau baik juga ya, Az."
**
Nanti pulang sekolah temenin aku ke kafe ya. Lagi ada diskon loh. Lumayan ngisi waktu sebelum les piano. --Aira.
Setelah puas mengirim pesan itu kepada Azka, cewek itu kembali menatap buku kimianya dengan cemas.
'Kayak ada yang aneh. Ngapain aku peduli dengannya coba?'
Setelah dipikir-pikir lagi, Aira segera mengenyahkan pikiran aneh itu.
**
"Kau nggak pesan minum?" Tanya Aira setelah kembali ke tempat duduk mereka.
Azka hanya menggeleng sambil fokus pada layar handphonenya.
Sambil menyesap minumannya, Aira bergumam, "Serius banget sih."
"Yoi lah wifi di sini kencang banget nih, Ai!" seru Azka kelihatan bahagia banget. Aira sangat tahu kebiasaan Azka yang senang banget kalau dapat wifi gratisan.
Aira mencibir, "Dasar cowok nggak modal. Eh, Az, ajarin fisika dong. Kau kan jago."
"Apaan jago?" Dia tertawa. "Kenapa nggak minta ajarin Vino? Ehh."
"Ih apaan sih. Kenapa jadi bahas dia?"
By the way, Vino itu memang cowok yang lagi dekat dengan Aira. Azka pun tau hal itu. Sikap Aira yang selalu menutup-nutupi hal yang berkaitan dirinya dan Vino, itu membuat Azka senang sekedar untuk menggoda Aira.
"Jadi, mana yang mau lo tanyain materi fisika?"
"Oke, yang ini no 5."
"Ini mah tinggal dimasukkin ke rumusnya. Tapi, hm harus ada yang diolah dulu sih beberapa. Eh, ini soal mah kayak tingkat olimpiade."
"Kalau yang ini bagaimana caranya, Az?"
"Nah, abis gini, eh tunggu, salah deh. Bukan begini."
"Duh, yang bener gimana sih, Az. Malah tambah pusing tau." dumel Aira yang mulai penat. "Ck, kayaknya kau nggak cocok jadi guru deh, Az."
"Nah, itu dia!" serunya sambil geleng-geleng. "Duh jadi haus, bagi dong minumnya!"
"Ish, beli sendiri dong." 
Mereka pun tenggelam dalam canda tawa itu.
"Hm, Ai,"
"Jangan panggil aku Ai, Azka."
"Oke, Aira, gue mau tanya satu hal."
"Awas aja kalau aneh-aneh."
Azka tertawa pelan. "Kayaknya lo betah ya temenan sama gue?"
"Hmm, aku juga heran." Aira ikut tertawa. "Jujur aja, aku udah lama melihatmu. Tapi baru kali ini aku benar-benar bisa merasa dekat denganmu. Yeah, dalam artian berteman denganmu, Az."
Azka menyunggingkan ujung bibirnya.
"Bisa kasih gue satu alasan?"
**
Aira masih asyik dalam imajinasinya menulis sebuah cerita. Dari semua cerita yang pernah ia buat, tak ada seorang pun yang tahu kebiasaannya satu itu. Kecuali Azka.
Yeah, cowok itu malah kepo dan sedikit mendukung hobby cewek itu.
"Pasti lagi nulis ya?" Suara itu muncul seiringan dengan tubuh Azka yang kini ada dihadapan Aira.
Aira segera menutup buku berharga miliknya itu. "Nggak kok."
"Lo nggak jago bohong, Ai."
Aira mengerucutkan bibirnya sebal. Ia sangat malu kalau ketahuan lagi menulis cerita. Apalagi tulisannya dibaca oleh orang.
"Hm, judul pertama 'Waktu', terus cerita yang aneh menurut gue yang judulnya 'Dilema', lalu yang gue inget ada 'Before You', 'Play With Me', hm.. ah iya ada juga yang judulnya 'Miracle'," ujar Azka seolah-olah sambil mengingat semua itu. "Kalau yang sekarang, judulnya apa, Ai?"
Aira masih terkejut dengan ucapan Azka barusan. "Kau mengingat judul cerita yang kubuat? Wow. Aku tak percaya loh, Az."
"Udah coba lo terbitin?"
Aira menggeleng sambil tersenyum pahit. "Nggak perlu kali."
"Yah, sayang dong. Kan nanti kalau terkenal, lo bisa tulis nama gue di halaman thank to sebagai orang yang selalu mendukung lo. Hehe."
Aira lantas tertawa keras. "Pede sekali kau ya, Az! Haha."
"Dih, dibilangin juga."
"Makasih ya, Az."
"Buat?"
"Udah mau peduli dan buat aku ketawa hari ini."
Alis Azka terangkat sebelah. "Kenapa lo sering banget bilang makasih ke gue disaat gue merasa itu bukan hal yang berlebihan?"
Aira menyunggingkan senyuman manisnya. "Aku rasa kau udah tau alasan untuk pertanyaan seperti itu, Az."
"Oh iya? Okay, let tell me about another reason."
"Karena mungkin aku cocok aja ngobrol denganmu. Kau juga pernah bilang, sesuatu hal bisa terjadi tanpa kita duga sebelumnya, kan?" Jelas Aira. "Hei, apa kau yang malah merasa terganggu denganku, Az?"
Azka menyentil kening Aira pelan. "Loh, kenapa harus gue yang terganggu? Santai aja, Ai."
"Oh astaga, dan harus sampai kapan aku memperingatimu untuk tidak memanggilku Ai, Azka?"
Azka menyeringai, "kalau gue bilang sampai lo bisa berhenti makan permen lolipop, gimana? Sanggup?"
"Hei!" Aira memukul lengan cowok itu dengan canda. "Kau mengejekku ya, Az?"
"Gue nggak sejahat itu kali," Azka tertawa lalu mengeluarkan sebuah permen dari saku seragam sekolahnya. "Nih. Tadi gue nggak sengaja beli."
"Halah," cibir Aira sambil senyam-senyum. Ia segera mengemut lolipop itu. "Bilang aja kali kalau peduli. Eh, kok permennya ada dua?"
"Hm, sekali-kali gue mau mencobanya." Jawab Azka dengan ragu. "Nggak salah juga kan?"
Aira tak bisa berhenti tersenyum melihat kelakuan Azka hari ini. Sedari dulu, Azka selalu menolak tiap Aira menawarkannya permen lolipop. Padahal Azka yang sering membeli lolipop itu untuk Aira. Azka juga selalu bilang kalau cewek itu seperti anak kecil yang bahagia mengemut permennya.
"Kenapa sih lo suka banget sama permen ini?"
"Hm, karena warnanya cerah. Bikin semangat liatnya," jawabnya. "Bentuknya juga lucu. Rasanya manis banget."
"Yeah, seperti dirimu."
"What?! Hm, sejak kapan kau berani menggombal, Az?"
Karena sampai kini Aira pun masih bertanya-tanya. Kenapa harus Azka? Orang yang selama ini selalu ada buatnya disaat ia mencoba berharap yang lain.
Well, meskipun begitu, Aira kini menyadarinya. Semoga hari-harinya berlanjut terus bahagia dan penuh warna seperti tiap kali ia memakan permen lolipop ini.
Juga di saat bersama Azka seperti ini.

**see me on wattpad too, guys!!^^