Tulisan Bebas - Cerpen "Kata Hati".
Assalamu’alaikum wr, wb.
Assalamu’alaikum wr, wb.
Welcome back to my blog^^
Seperti biasa, untuk kali ini, saya akan meng-post sebuah karya tulisan bebas yang berupa cerita pendek atau cerpen yang berkaitan dengan tugas softskill salah satu matkul di kampus tercinta, Universitas Gunadarma. Cerpen ini kebetulan pernah saya ikutsertakan pada lomba saat waktu masa sma dulu, hehehe.
Untuk pembahasan cerpen yang saya buat sendiri ini yaitu mengenai kisah seorang gadis dalam mencari jati dirinya.
I hope you like it^^
Kata Hati
by Anggita Azizah Amalia.
Dibangku taman sekolah pada pagi yang
masih sepi ini, tampak seorang murid perempuan- bernama Vasya- yang masih duduk
dikelas XI sedang duduk melamunkan suatu hal. Ada kalanya disaat hati yang
ingin menenangkan diri sejenak. Tempat ini memang menjadi kebiasaanya baginya
untuk merenungkan suatu hal yang sedang menjadi bebas pikirannya. Bahkan, hari
ini merupakan hari yang spesial karena mengingat akan kebiasaan dirinya yang
sering datang telat.
Awalnya
Vasya tak pernah berpikir akan hal yang selama ini ia lakukan. Vasya juga tak
pernah berniat lebih dulu untuk melakukannya. Akhir-akhir ini, tak jarang Vasya
suka mengunjungi tempat-tempat terlarang seperti diskotik bersama kawan
dekatnya dan pulang sampai larut malam. Mencoba berbagai jenis minuman beralkohol
tapi untungnya tidak sampai ke hal-hal berbau narkoba. Sering pula ia hangout
untuk sekedar belanja yang berlebihan. Intinya, ia lakukan untuk semacam
hiburan semata.
Suara
dentingan bel masuk sukses memecah lamunan Vasya. Kemudian ia berdiri dan langsung
menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Namun nasib sial kembali
datang menghampirinya. Vasya lupa membawa topi sehingga ia segera ke barisan
murid yang kena hukuman sampai upacara selesai.
Jelas
saja, Bu Dian, guru kesiswaaan tak heran lagi saat kembali melihat Vasya yang
masuk ke dalam barisan siswa yang dihukum.
“Saya
tidak mengerti lagi padamu, Vasya,” ucap Bu Dian dihadapan Vasya dengan
pandangan lirih. “Mau sampai kapan kamu terus mengulangi perbuatanmu ini? Apa
kamu sadar kesalahan lain yang kamu perbuat?”
Vasya
hanya diam membisu.
“Jawab
pertanyaan saya, Vasya!” perintah Bu Dian dengan suara agak meninggi.
Vasya
menggeleng-geleng sambil menunduk, “saya tidak tahu, Bu.”
Lalu
Bu Dian memegang rambut Vasya sambil berkata, “ini. Mengapa rambutmu diwarnai?
Apa kamu tidak tahu peraturan sekolah? Mau sampai kapan kamu terus
diperingati?”
“Tapi—“
“Sudah,
sudah,” potong Bu Dian yang sudah lelah menghadapi tingkah Vasya. “Undang orang
tuamu ke sekolah dan segera menghadap saya atau sekalian saja kamu menggunakan
jilbab. Lihatlah temanmu yang memakai jilbab, mereka sangat baik dan tidak
pernah bertingkah yang aneh-aneh seperti kamu, Vasya.”
Apa
telinga Vasya bermasalah setelah mendengar perkataan Bu Dian barusan? Memang
Vasya akui bahwa telah menganggap remeh dalam hal berpenampilan dengan
berjilbab. Lagipula kawan dekatnya pun jarang yang memakai jilbab. Sempat
berpikir pula bahwa berjilbab hanyalah gaya semata. Tidaklah penting dan tidak
ada keistimewaan tersendiri.
Sering
pula Vasya mendengar ocehan Ibunya. Vasya juga agak membenci ayahnya karena
jarang berada dirumah sehingga ia merasa kurang mendapat perhatian orang tua.
Vasya sadar bahwa ia sudah durhaka pada mereka. Bagaimanapun mereka adalah
orang tuanya. Vasya seharusnya menuruti semua nasihat mereka. Namun rasanya
seakan sulit untuk diterima.
Sudah
bisa ditebak dengan respon Ibu Vasya setelah mendapat laporan dari sekolah akan
kelakuan anaknya sehari-hari. Ocehan ibunya yang panjang lebar itu pun masih
terus berlanjut sampai rumah.
“Kamu
kembali mengecewakan ibu, Vasya.” Ujar Ibu pada Vasya akhirnya menutup
pembicaraan panjang itu.
Senakal-nakalnya
anak perempuan, tapi pasti masih mempunyai hati nurani untuk sadar akan
kesalahannya meski terlalu enggan untuk meminta maaf.
“Maafkan
aku, Bu.” Ucap Vasya pelan.
“Percuma
kalau kamu terus minta maaf tapi tidak merubah tingkah lakumu itu menjadi lebih
baik.” Jelas ibu lagi. Vasya kembali terdiam. “Apa sebaiknya kamu mencoba
memakai jilbab seperti saran gurumu? Mungkin kamu bisa kembali memperbaiki
tingkahmu.”
Jujur
saja Vasya bimbang. Hei, anggaplah penampilan dan jati dirimu berubah menjadi
180 derajat!
“Bagaiman
rasanya, Sya?” tanya ibu suatu ketika.
“Hm,”
Vasya bingung ingin berkata jujur atau tidak. Kini ia sedang menatap dirinya
sendiri dibalik cermin. Sungguh ia merasa seperti bukan dirinya yang biasa.
Kepalanya terasa risih dan membuatnya gerah.
“Cobalah
terus memakainya. Nanti juga akan terbiasa.” Sahut ibu lagi.
Akhirnya
Vasya mencoba mengikuti saran untuk memakai jilbab. Namun sering pula ia dengan
senang hati untuk membukanya jika berada diluar rumah. Seperti nanti malam,
Vasya hendak diajak ikut mengunjungi acara keluarga besar. Namun ia ragu untuk
menggerakkan hatinya untuk memakai jilbab.
“Bagaimana
bu?” tanya Vasya terus bertanya pendapat ibunya. “Apabila aku hanya memakai
jilbab untuk ke sekolah saja, apa ibu akan marah?”
Ibu
Vasya menunjukkan paras wajah lembutnya, “terserah kamu, sayang. Ikutilah kata
hati, apa kamu ikhlas atau tidak memakainya.”
Di
sore hari sebelum malam menjelang acara keluarga itu,Vasya tak sengaja melihat
seorang anak kecil perempuan di sebuah indahnya taman bermain dekat rumahnya.
Anak kecil itu terlihat sangat lugu dan manis dengan senyum yang menghiasi
wajahnya. Rambutnya tergerai lurus dan tebal. Vasya terus memperhatikannya
sampai dilihatnya yang sedang merapikan rambut dengan kedua tangan yang
memegang sesuatu.
Agak
terkejut dirinya setelah melihat sebuah jilbab dikedua tangan anak kecil itu.
Setelah merapikan rambutnya, dipakainya jilbab tersebut. Tanpa pikir panjang,
Vasya menghampiri anak kecil itu.
Vasya
tersenyum ramah sambil menyapanya, “hai, manis.”
Wajah
anak kecil itu tampak merah dengan seulas senyuman langsung terpancar. “Ada apa
kak?”
“Boleh
kakak tanya sesuatu?”
Anak
kecil itu mengangguk pelan. Vasya terus menatapnya, “tadi kakak sempat lihat,
rambut kamu bagus. Tapi kenapa kamu mau memakai jilbab? Bukannya kamu bangga
dengan penampilanmu yang cantik bila rambutmu tergerai begitu aja?”
Anak
kecil itu malah tambah tersenyum, “makasih kak. Tapi memakai jilbab itu memang
wajib dan nggak akan merubah penampilan kita kok, kak. Dan apa kakak tahu kalau
sesungguhnya rambut kita ini termasuk aurat yang tidak boleh diperlihatkan
secara sembarang.”
Vasya
terperangah mendengar kata-kata yang diluncurkan anak kecil itu. Sungguh, Vasya
tidak menyangka hati anak kecil itu seperti mutiara.
“Coba
aku tanya sama kakak.” Ujarnya kemudian.
Vasya
menaikkan alisnya seraya bertanya balik, “apa?"
“kakak sendiri juga memakai jilbab, tapi apa kakak sudah ikhlas atau belum memakainya?”
“kakak sendiri juga memakai jilbab, tapi apa kakak sudah ikhlas atau belum memakainya?”
Dug!
Itu merupakan pertanyaan yang masih berat untuk Vasya jawab selama ini. Tapi
kini Vasya tersadar, cantik itu bukanlah hanya dari penampilan. Cantik bukan
dilihat dari paras wajah, warnanya kulit, ataupun hal lainnya. Tidak perlu
berpenampilan yang mewah. Tidak perlu bergaya terlalu berlebihan sampai-sampai
aurat kita terlihat transparan.
Akhirnya,
Vasya mengangguk pelan dan tersenyum, “kakak sudah ikhlas.”
Anak
kecil itu pun ikut tersenyum, “karena itulah yang membuat kakak terlihat makin
cantik.”
Esok
harinya, vasya mulai lebih bisa menerima keadaan penampilannya yang seperti
ini. Tidak ada lagi rasa terpaksa dibenaknya. Saat datang ke sekolah, Vasya
saja geli sendiri melihat respon kawan-kawannya.
“Wow!”
satu kata pertama yang keluar dari mulut Audy, salah satu teman dekatnya. “Ini
beneran kamu, Sya?”
“Kemana
rambut warnamu itu, Sya? Tapi bagaimana bisa seorang Vasya berubah secepat
ini?” timpal Hani masih dengan keterkejutannya.
Vasya
menggeleng-geleng sambil tidak berhenti tertawa geli melihat respon sahabatnya
itu. “Iyalah, ini beneran aku Vasya.”
“Hanya
masih nggak menyangka aja.” Balas Audy.
Lalu
Vasya balik menatap Hani dan membalasnya. “Aku sadar, Han. Aku mencobanya dan
semua orang bisa berubah. Kalau kita niat untuk berubah menjadi lebih baik,
kenapa nggak?”
“Aku
suka gayamu, Sya.” Balas Hani terkekeh pelan.
“Ekhem,”
Vasya berdeham sejenak. “Mau ikut berubah juga nggak, Dy, Han?”
Audy
tampak berpikir-pikir dulu. Sedangkan Hani menjawa ragu, “Lihat nanti deh, Sya.
Mungkin kalau sudah waktunya.”
Audy
mencibir, “mau nunggu waktu sampai ajal tiba, Han?”
“Asal
kamu kalau bicara, Dy. “Balas Hani jadi kesal.
Audy
terkekeh geli, “bercanda kali, Han.”
Mereka
makin larut dalam suasana canda tawa bersama. Meski hanya Vasya yang memakai
jilbab diantara mereka bertiga, namun ia mencoba untuk tidak merasa malu atau
apa.
Karena
Vasya yakin untuk tetap menjadi diri sendiri. Vasya bukan lagi seorang gadis
yang suka membuang-buang waktu dengan hal yang tidak berguna. Vasya juga bukan
lagi anak yang sering durhaka kepada orang tua. Dan Vasya bukan lagi seseorang
yang menyepelekan penampilan dengan pakaian yang sungguh tidak layak dipakai.
Namun
kini, Vasya mencoba untuk menjadi seorang gadis yang terus melangkah lebih baik
dengan mengikuti aturan agama.
END.
Sekian, terima kasih.
Wa’alaikumsalam, wr,wb.
BalasHapusVideo Lucu !!!
Silahkan kunjungi website kami di
https://sukacurhat.com
dijamin ketawa terus !!!
`
BalasHapusHalo Para Players
Kami dari Agent judi Online Terpercaya Funbet99.com
Funbet99.com menyediakan 4 jenis permainan
Berikut permainannya :
* SLOT GAME
* TEMBAK IKAN
* LIVE CASINO
* TARUHAN BOLA
HUBUNGI KONTAK KAMI :
BBM : funbet99
Whatsapp : +60 17-602 8359
LINE : funbet99
WECHAT : fbet99
LIVECHAT 24 JAM : https://funbet99.com/wfun99/index.php?id=
link alternatif kami :
* https://superstar99.com/wfun99/index.php?id=
* https://99bos.com/w10bos/index.php?id=
kunjungi link hiburan kami bos ku :*
https://mycutegirlfriend.com
https://asian17.com