Rabu, 29 Maret 2017

BAB II - MANUSIA DAN KESUSASTRAAN

BAB II.
MANUSIA DAN KESUSASTRAAN



Assalamu’alaikum wr, wb.
Selamat datang kembali di blog saya, Anggita.^^
Terima kasih untuk kalian yang udah mau mampir kesini;) dan untuk kali ini, saya akan menge-post suatu materi yang berkaitan dengan tugas softskill salah satu matkul di kampus tersayang, Universitas Gunadarma.
Pembahasan bab 2 ini yaitu mengenai apa itu hubungan antara manusia dan kebudayaan.
I hope you like it^^




P E M B A H A S A N

1. Pendekatan Kesusastraan.

Hampir disetiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the hurnanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama. Dibanding dengan cabang the humanities yang lain, seperti misalnya ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting, karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya normatif.
               Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif` seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyarnpaiannya.
            Sedangkan sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi.
               Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi. Cabang-cabang seni yang lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak-gerik dalam seni tari, misalnya, masih perlu dijabarkan. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni musik lebih cepat dinikmati, bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran. Sebaliknya, sastra adalah penafsiran itu sendiri. Meskipun didalarn penafsiran itu sastra masih dapat ditafsirkan lagi. Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif.
            Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus.

2. Ilmu Budaya Dasar dikaitkan dengan prosa.

Dalam bahasa Indonesia, istilah prosa diterjemahkan sebagai cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita yang mempunyai pemeran, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh imanjinasi. Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal ada prosa lama dan baru :

Prosa lama meliputi :
1.      Dongeng-dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara

Prosa baru meliputi :
1.      Cerita pendek
2.      Roman/novel
3.      Biografi
4.      Kisah
5.      Otobiografi


3. Nilai-nilai dalam prosa.

Sebagai seni bertulang punggung cerita, sastra mau tidak mau membawakan moral, pesan/cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai nilai-nilai.

Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain  :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut.
2. Prosa fiksi memberikan informasi Fiksi memberi informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti dan warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu.

         Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi menjadi dua, yaitu karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamanya, dimana mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jamannya dan karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya untuk merenung. Keduanya selalu menyampaikan masalah. Masalah ini disajikan dengan interaksi tokoh-tokohnya. Konflik dapat terjadi baik di dalam diri tokoh sendiri maupun antar tokoh satu dengan lainya.

Contoh Prosa:

Lihatlah hutan kita ini yang hancur akibat orang yang tidak berpikir jernih.
Mereka hanya mementingkan diri sendiri.
Oleh Karena itu aku datang untuk membereskan semuanya.
Sekarang lihatlah hutan kita sudah mulai hijau.
Dan Sekarang hutan kita tampak bagus sekali
Terima kasih Tuhan atas segalanya.
Karena Tuhan kita bisa hidup, karena Tuhan yang menciptakan tumbuhan.



4. Ilmu Budaya Dasar dihubungkan dengan puisi.

Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Puisi dipakai sebagai media belajar sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat pada ilmu budaya dasar. Puisi termasuk sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian dan kesenian cabang dari kebudayaan. Kepuitisan, keartistikan, atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kereativitas penyair dalam membangun puisinya menggunakan :
1.     Figura bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori dsb.
2.     Kata-kata ambiquitas, yaitu kata-kata yang bermakna ganda
3.   Kata-kata yang berjiwa / kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi pengalaman sang penyair sehinggal terasa hidup
4.     Kata-kata konotatif, kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa.
5.  Pengulangan, berfungsi mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan sehingga mengunggah hati. Dibalik kata-katanya yang sulit dimengerti puisi berisi potret kehidupan manusia.

Alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada IBD antara lain :
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian dan penyampaian pengalaman disebut “pengalaman perwakilan”. Berarti manusia memiliki salah satu kebutuhan hidupnya dari sekedar pengalaman langsung yang terbatas.
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran manusia
Dengan membaca puisi manusia diajak untuk menjenguk hati dan pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri.
3.      Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi memberikan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang terlibat dalam isu dan problem sosial. Puisi dapat menafsirkan situasi dasar sosial yang bisa berupa:
-   Penderitaan atas ketidakadilan
-   Perjuangan untuk kekuasaan
-   Konflik dengan sesamanya
-   Pemberontakan terhadap hokum Tuhan


           Puisi-puisi umumnya berisi nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Cinta kasih adalah salah satu nilai kemanusian yang sering dituangkan dalam puisi. Cinta kasih itu tidak berdiri sendiri terkadang ia sering berpadu dengan nilai-nilai kemanusian yang lain seperti penderitaan.
Contoh puisi:
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali akan padamu
Seperti dulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik angin
Serupa dara dibalik tirai

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku

Matahari bukan kawanku...





Kesimpulan.

1. Seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama.
2. Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif.
Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus.
3. Jenis prosa ada prosa lama dan prosa baru.
4. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
5. Alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam IBD, antara lain hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia, puisi dan keinsyafan/kesadaran manusia, dan puisi dan keinsyafan sosial.






Terima kasih atas kunjungannya,
Kritik dan saran teman-teman sekalian sangat membantu^^
Wa’alaikumsalam, wr,wb.





R E F E R E N S I :
Nugroho, Widyo., Achmad Muchji. 1996. MKDU: Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Universitas Gunadarma.
Koentjaraningrat (Ed). 1975. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta Jambatan.
Sitompul, A.A, 1993. Manusia dan Budaya. Jakarta : Gunung Mulia
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/manusia-dan-kebudayaan.pdf
https://fauzanstone.wordpress.com/2013/05/20/rangkuman-buku-ibd-ilmu-budaya-dasar-bab-i-bab-v/
http://sagiman-smart.blogspot.co.id/2013/12/materi-ilmu-budaya-dasar-semester-1.html

BAB I - MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB I.
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN.



Assalamu’alaikum wr, wb.
Selamat datang kembali di blog saya, Anggita.^^
Terima kasih untuk kalian yang udah mau mampir kesini;) dan untuk kali ini, saya akan menge-post suatu materi yang berkaitan dengan tugas softskill salah satu matkul di kampus tersayang, Universitas Gunadarma.
Pembahasan bab 1 ini yaitu mengenai apa itu hubungan antara manusia dan kebudayaan.
I hope you like it^^




Ø Latar Belakang.

Apa yang ada dipikiran kalian mengenai hubungan antara manusia dan kebudayaan? Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat antara satu sama lain. Manusia dalam hidup kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadangkala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
            Oleh karena itu di pembahasan kali ini kita akan membahas lebih mendalam mengenai apa itu manusia dan kebudayaan.



P E M B A H A S A N


1. Manusia.

Manusia itu unik dan dapat dipandang dari segi manapun. Kalau dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia(ilmu kimia), manusia merupakan kumpulan dari energi(ilmu fisika), dan manusia ialah makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia(ilmu biologi). Sedangkan dalam ilmu sosial, manusia ialah makhluk yang ingin memperoleh keuntungan (ilmu ekonomi), manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri(ilmu sosiologi), dan lainnya.
            Ada dua pandangan yang dapat kita jadikan acuan tentang apa saja unsur-unsur yang membangun manusia itu sendiri.
1. Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu jasad, hayat, ruh dan nafs.
2. Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu:
a) Id à merupakan struktur kepribadian yang tidak nampak. Id ini tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri melainkan sturktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara id dengan dunia luar. Id diatur oleh prinsip kesenangan, serta mencari kepuasan instingtual libidinal yang harus dipenuhi.
b) Ego à disebut sebagai kepribadian eksekutif karena dapat dimengerti oleh orang lain.   Ego ini diatur oleh prinsip realitas.
c) Superego à terbentuk dari lingkungan eksternal. Dapat dikatakan bahwa superego merupakan kesatuan  standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri.
Pada dasar itulah mengapa kita sering melihat misalkan orang yang senang terhadap penyimpangan nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh id daripada superego-nya. Jadi, semua unsur tersebut dapat digunakan untuk analisa bagi tingkah laku manusia.

2. Hakekat Manusia.

Hakikat manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna, serta makhluk paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya
Dibanding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakannya dengan makhluk lain. Salah satunya adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

Beberapa hakekat manusia, yaitu:
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan utuh
b. Makhluk ciptaan Tuhan yan sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk  lainnya, yaitu :Perasaan Intelektual, Perasaan Diri, Perasaan Estetis, Perasaan Sosial, Perasaan Etis, juga Perasaan religius.
c. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai  dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

3. Kepribadian Bangsa Timur.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri atau individu, manusia membutuhkan makhluk sesama untuk bias berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut memang ada dan dianut oleh masyarakat terutama pada bangsa timur rasa kuat yang kebersamaan bisa dibilang demikian segala sesuatu yang ada dimasyarakat ditentukan adaya kebersamaan karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat teposeliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Menurut saya kepribadian bangsa timur merupakan sosok yang patut di contoh. Itu bisa dilihat dari cara berbicara, cara berpakaian, cara berpikir. Misalkan saat mereka menyapa orangtua, mereka dengan sopan dan memperlakukan dengan baik dan sopan santun.
Ada salah satu tokoh, yaitu Francis L.K Hsu sarjana Amerika keturunan Cina yang mengembangkan suatu konsepsi bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang seolah-olah seperti lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.

0. dunia luar. à hampir sana dengan nomer 1, hanya bedanya terdiri dari pikiran juga gagasan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakat dan negara Indonesia.
1. lingkungan hubungan jauh. à sikap dalam jiwa manusia tu sendiri, tetapi jarang memiliki arti terhadap kehidupan sehari-hari.
2. lingkungan hubungan berguna. à tak hanya sekedar ditandai oleh rasa sayang, namun fungsi kegunaan dari orang-orang tersebut.
3. lingkungan hubungan karib. à konsepsi tentang siapapun yang yang bisa diajak oleh si individu tersebut bergaul, juga sebagai tempat berlindung dan mencurahkan isi hati.
4. kesadaran yang dinyatakan. à jiwa manusia yang mengandung pikiran, gagasan juga perasaan yang dinyatakan secara terbuka kepada sesamanya.
5 kesadaran yang tak dinyatakan. à terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan yang disadari individu yang bersangkutan, tetapi disimpannya dalam diri sendiri saja dan tidak dinyatakan kepada siapapun.
6. subsadar. à dalam lingkaran 6 dan 7 ini, berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu yang terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam sehingga tak disadari oleh individu itu sendiri.
7. taksadar.

4. Pengertian Kebudayaan

-                           Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat
-          Menurut E.B. Taylor (1871), Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat,
-          Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.
-          Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya,
-          Menurut A.L. Krober dan C. Kluckhon, bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas- luasnya.
-          Menurut C.A. Van Peursen mengatakan bahwa kebudayaan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam
-          Krober dan Kluckhon,kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.

5. Unsur-Unsur Kebudayaan.

Menurut C.Kluckhohn, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas, masing-masing diberi uraian sebagai berikut.

a. Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
b. Sistem organisasi  kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
c. Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
d. Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
e. Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
f. Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
g. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.

Menurut Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan adalah terdiri dari 4 unsur yaitu : alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik

Menurut Bronislaw Malinowski unsur kebudayaan terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan dan organisasi kekuatan.

Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami.

6. Wujud Kebudayaan.

Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Mnenurut dimensi wujudnya, kebudayaan dibagi menjadi tiga wujud, yaitu:

            a. Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia.
Wujud ini disebut sebagai sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak bisa dilihat, dan berpusat dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
            b. Kompleks aktivitas.
Wujud ini disebut sistem sosial, dimana manusia saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu sama lain.
 c. Wujud sebagai benda.
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.

7. Orientasi Nilai Budaya.

Kluckhohn   dalam   Pelly   (1994)   mengemukakan   bahwa   nilai   budaya merupakan  sebuah  konsep  beruanglingkup  luas  yang  hidup  dalam  alam  pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara  fungsional  sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan.  Mereka  percaya,  bahwa  hanya  dengan  berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) Hakekat Hidup Manusia (MH),
(2) Hakekat karya manusia (MK),
(3) Hakekat waktu manusia (WM),
(4) Hakekat alam manusia (MA),
(5) Hakekat hubungan manusia (MN).
Masalah  pertama,  yaitu  mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan   nirwana,   dan   mengenyampingkan   segala   tindakan   yang   dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan  seperti  ini  sangat  mempengaruhi  wawasan  dan  makna  kehidupan  itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai fokus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian.

8. Perubahan Kebudayaan.

Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat. Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
b. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.

Faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru, diantaranya:

-  Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut
-  Pandangan  hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama
-  Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru
-  Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut
-  Apabila unsur baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

9. Kaitan Manusia dan Kebudayaan.

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita  lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.
            Disisi lain, seperti yang kita ketahui bahwa hubungan antara manusia dan kebudayaan dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya disini ialah saling terkait satu sama lain.
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
-  Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya,
-  Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia,
-  Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik.



Kesimpulan.
1. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadangkala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
2.  Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
3. Menurut C.Kluckhohn, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian.
4. Kepribadian bangsa timur merupakan sosok yang patut di contoh. Itu bisa dilihat dari cara berbicara, cara berpakaian, cara berpikir. Misalkan saat mereka menyapa orangtua, mereka dengan sopan dan memperlakukan dengan baik dan sopan santun.
5. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita  lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. 










Terima kasih atas kunjungannya,
Kritik dan saran teman-teman sekalian sangat membantu^^
Wa’alaikumsalam, wr,wb.




R E F E R E N S I :

Nugroho, Widyo., Achmad Muchji. 1996. MKDU: Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Universitas Gunadarma.
Koentjaraningrat (Ed). 1975. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta Jambatan.
Sitompul, A.A, 1993. Manusia dan Budaya. Jakarta : Gunung Mulia
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/manusia-dan-kebudayaan.pdf
https://bayu96ekonomos.wordpress.com/modul-materikuliah/modul-ilmu-budaya-dasar/
https://www.scribd.com/doc/61115493/Materi-Ilmu-Budaya-Dasar-Semester#